https://1.bp.blogspot.com/-R-8U-Eg9Q1I/VzyUv83bsdI/AAAAAAAAAug/tU22LIGrof0L8atS1Zo9Nz4NhctUtIiyACK4B/s1600/header%2Bsementara.jpg

Senin, 23 Mei 2016

SILATURAHIM DALAM KONTEKS TEORI MANAJEMEN DAN ORGANISASI

Apabila kita mencermati contoh-contoh yang penulis berikan pada artikel yang berjudul “ Menguak Misteri Silaturahim dapat memperluas rizki ... thumbnail 1 summary
Apabila kita mencermati contoh-contoh yang penulis berikan pada artikel yang berjudul “ Menguak Misteri Silaturahim dapat memperluas rizki” kita semakin meyakini akan kebenaran ilahi. Dimana salah satu kunci kelapangan dan kesuksesan ekonomi seseorang atau suatu organisasi adalah dengan manajemen silaturahim. Disinilah pada judul artikel ini penulis hendak mengkaji hubungan silaturahim dalam konteks teori manajemen dan organisasi dari sisi kajian ilmiah berdasarkan teori-teori para pakar bidang ekonomi.


Salah satu pakar ekonomi sekaligus dosen pasca sarjana Universitas Islam Batik Surakarta, Dr. Supawi Pawenang, SE,MM mengatakan bahwa teori-teori yang dibangun oleh para pakar ekonomi barat memang ilmiah bila ditinjau dari sisi saint namun masih ada kelemahannya yaitu mereka meninggalkan konsep ilahiyah. Padahal sebenarnya teori yang dibangun manusia ini adalah bagian terkecil dari ilmu atau konsep Tuhan. Disinilah peran kita untuk meluruskan teori-teori tersebut sehingga kita tidak terjebak pada perkara duniawi saja. Karena pada kenyataannya indeks kebahagiaan hidup manusia itu bukan hanya terbatas pada banyaknya materi saja namun lebih dari itu ada faktor lain yang membuat manusia itu bahagia yaitu faktor kepuasan batin.  Inilah sisi kelemahan teori barat yang terlalu mendewakan akal dan meninggalkan unsur agama.

Dari teori yang beliau sampaikan itu maka beliau meyakini kebenaran sabda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam bahwa silaturahim itu adalah bagian dari sistem manajemen organisasi yang mampu memberikan kesuksesan. Dari sebab itulah beliau memberi tugas kepada penulis selaku mahasiswa program Pasca Sarjana pada mata kuliah Lingkungan Ekonomi Bisnis agar menyusun artikel tentang hubungan antara silaturahmi dapat memperluas rizki ditinjau dari sisi ilmu manajemennya.

 Silaturahim Base Manajemen

Menurut Jame A.F. Stoner, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dari kegiatan anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Definisi ini mengandung tiga unsur utama yaitu  proses, sumber organisasi dan tujuan.
Proses adalah cara yang sistematis untuk melakukan sesuatu. Proses tersebut terdiri dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan dan meliputi:
1). Perencanaan (planing); memikirkan terlebih dahulu kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan termasuk menetapkan tujuan dan program-program untuk mencapainya. Tinjauan dari sisi silaturahim adalah bahwa asas dari menetapkan tujuan organisasi adalah untuk kemakmuran bersama, mensejahterakan bersama dan mewujudkan keadilan yang bertanggung jawab. Semua anggota diajak untuk bersama menggali ide dan selanjutnya diputuskan bersama berdasarkan musyawarah. Sehingga di sini seorang pimpinan tidak asal membuat perencanaan dari satu arah Top-Down saja akan tetapi memberi kesempatan anak buah untuk memberikan ide – idenya (Bottom-Up) . Kalo perlu dengan memberikan hadiah jika ada anak buah yang mampu memberikan ide yang brillian.
Contoh konkrit adalah; saat perang Badar Al Kubro perang pertama di zaman Nabi Muhammad SAW. Saat itu Rasulullah menempatkan pasukannya di suatu tempat. Kemudian ada seorang sahabat yang tidak terkenal atau prajurit biasa bertanya kepada beliau. “ Ya Rasulullah apakah anda mendapat wahyu supaya pasukan kita ditempatkan di sini atau itu atas pendapat pribadi anda?  Jika itu adalah wahyu maka kami hanya bisa mengikut dan taat saja.”  Maka dijawab Nabi,” itu atas pendapatku, ada apa wahai sahabatku, apakah anda punya pendapat lain?” sahabat tersebut menjawab, “ Jika demikian menurutku lebih baik kita pindahkan pasukan kita di dekat oase ( sumber mata air) di sana, agar pasukan kita mempunyai cadangan air yang cukup. Kemudian kita timbun oase yang akan dikuasai musuh agar mereka kekurangan air, kita sisakan satu oase sebagai jebakan jika musuh lari ke tempat itu mereka kita berondong dengan panah.” Apa kata Nabi , “ itu ide yang brillian”,  kemudian nabi mendoakan kebaikan sahabat tersebut. Akhirnya perang Badar dimenangkan kaum muslimin yang hanya berjumlah 300 orang dengan bersenjata sederhana mengalahkan pasukan kafir 1000 orang bersenjata lengkap dan pasukan yang terlatih.
 Lihatlah manajemen silaturahmi yang diterapkan dalam Islam bahkan ide dari seorang kopral pun jika itu brillian diterima oleh pimpinan tertinggi dihargai dan akhirnya mencapai kesuksesan.

2). Pengorganisasian (organizing): mengkoordinir sumber daya manusia dan perlengkapannya, termasuk menyusun struktur dan pembagian kerja untuk melaksanakan program yang telah ditetapkan.
 Silaturahmi sebagai basis manajemen menekankan pada pentingnya memilih dan menempatkan seseorang sesuai dengan kompetensinya. Jika ada dua orang yang memiliki kompetensi yang sama namun yang satu masih memiliki hubungan nasab dan yang lain jauh maka tentunya dipilih yang masih hubungan nasab. Hal ini terkesan ada unsur nepotisme. Dalam Islam sebenarnya sepanjang keluarga tersebut memang memiliki kompentensi yang sesuai dengan jabatan atau pekerjaan maka hal itu tidak mengapa. Hal ini juga dilakukan oleh beberapa khalifah seperti Utsman Bin Affan Radhiyaaallhu anhu.  Karena tidak dipungkiri unsur keluarga ini akan memberikan dampak kokoh dan kuatnya suatu organisasi. Masih ingat dengan contoh –contoh diatas seperti bisnis koloninya orang Cina, bisnis keluarga Sari Bumi, bahkan manajemen keluarga kerajaan Saudi Arabia dan lain-lain.

3). Pengarahan (Actuating): mengarahkan dan memotivasi anggota organisasi untuk menuju ke arah tujuan, termasuk menciptakan iklim yang mendukung mereka melakukan pekerjaannya. Dalam hubungan kerja antara atasan dan bawahan ada kesenjangan yang dalam, hubungan yang kaku dan  jarak yang jauh. Padahal keduanya satu kantor bahkan setiap saat bertemu. Namun pimpinan dan bawahan sudah saling memahami bahwa hubungan mereka bukanlah hal yang biasa, atasan menganggap bahwa seeorang pimpinan selalu menjaga wibawa dengan sikap menjaga jarak dan bicara seperlunya. Bawahan pun lantas menjaga diri jangan sampai terlampau “berani” sehingga terkesan tidak hormat. Hal inilah yang menyebabkan komunikasi kurang efektif. Banyak permasalahan di lapangan yang sebenarnya sederhana namun penting menjadi tidak tersalurkan.
Dangan silaturahim  base manajemen seorang pimpinan atau CEO sekalipun memandang bahwa hubungan dengan anak buah bukan sesuatu yang formal, bukan sesuatu yang kaku protokoler atau terkesan angkuh. Justru sebaliknya dia merasa bahwa atasan bawahan tidak ada beda dalam hal peran memajukan organisasi. Yang membedakan hanyalah tugas dan tanggung jawab. Adapun dalam muamalah atau hubungan pribadi atau  komunikasi apalagi untuk memajukan perusahaan seakan mencair seperti air mengalir, alami, tenang namun menghanyutkan. Artinya dari hubungan yang harmonis ini menimbulkan suasana kekeluargaan dalam menggali ide-ide brilian. Dari sini mereka dapat memecahkan masalah tanpa masalah serta tujuan perusahaan dapat tercapai optimal tanpa membutuhkan rapat-rapat yang berbiaya besar. Hubungan antar SDM harmonis, kesalahfahaman terantisipasi pada akhirnya kinerja meningkat, prestasi optimal dan kesejarteraan lahir batin tercapai.
Contoh konkrit manajeman berbasis silaturahmi ini sebagaimana dilakukan Nabi Muhammad SAW dengan para shahabatnya. Juga yang dilakukan para khulafaur Rasyidin (Presiden nya umat Islam zaman itu) pada para menteri atau gubernur bahkan dengan rakyatnya sekalipun. Inilah contoh keberhasilan implementasi silaturahmi base manajemen dalam sejarah. 

4). Pengawasan (controling): menjamin agar organisasi menuju tujuannya, termasuk mengendalikan kegiatan agar sesuai dengan rencana, dan melakukan koreksi yang diperlukan. Dalam konteks silaturahmi base manajemen, kontol kepada anak buah bisa lebih luwes. Tidak perlu kaku dan setiap anak buah yang melalukan kesalahan atau pelanggaran selalu dipanggil ke kantor untuk ditegur atau dimarahi. Namun lebih kepada “problem solving with personal approach” atau pemecahan masalah dengan pendekatan pribadi.
Terkadang anak buah ketika dipanggil ke kantor sudah trauma terlebih dahulu karena dia merasa pasti akan kena SP atau teguran. Hal ini karena kebiasaan pimpinan dalam setiap masalah selalu memanggil anak buah ke kantor. Sekalipun hal ini terkadang baik dan diperlukan seperti untuk menjaga nama baik seseorang namun tidak bisa dipungkiri hal ini juga menimbulkan trauma atau rasa takut bahkan benci.
Penerapan manajemen berbasis silaturahmi dalam hal kontrolling dalam masalah ini contohnya pimpinan fleksibel dalam mengusut masalah. Bisa dengan cara anak buah diajak makan malam di restoran atau didatangi saat sendirian di luar kantor atau saat jalan-jalan. Pada intinya masalah yang ada dapat terpecahkan tanpa menimbulkan ekses negatif. 

5). Evaluasi ( Evaluating). Mengevaluasi kegiatan organisasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan manajenen selama kurun waktu tertentu. Evaluasi juga berfungsi untuk mengetahui penyebab kegagalan manajemen sehingga menjadi bahan pelajaran untuk masa yang akan datang. Dalam konsep silaturahmi base manajemen evaluasi  mengutamakan tercapainya subtansi dari permasalahan yang sebenarnya ada diorganisasi. Seorang pimpinan mangajak secara jujur dan terbuka agar permasalahan yang menghambat tercapainya tujuan disampaikan dengan hati yang lapang. Semua diungkapkan dalam konteks persuasif sehingga tujuan organisasi yang belum tercapai tersebut dapat dicapai pada waktu yang akan datang.

  Hubungan Keahlian Konseptual dan Keahlian Teknikal Bagi Manajer

Robert L. Katz telah mengidentifikasi tiga jenis keahlian yang harus dimiliki oleh setiap manajer, yaitu: keahlian teknikal, keahlian kemanusiaan dan keahlian konseptual.
Keahlian teknikal adalah kemampuan untuk menggunakan peralatan, prosedur, atau teknik dari suau bidang pekerjaan tertentu, seperti programmer, akuntan, teknik mesin. Keahlian konseptual, yaitu kemampuan mental untuk mengkoordinasikan dan mengintergrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan organisasi.
Makin tinggi tingkatan manajemen, makin besar keperluan akan keahlian konseptual dan makin kecil keperluan akan keahlian teknikal. Sebaliknya semakin rendah tingkatan manajemen, makin besar keperluan akan keahlian teknikal dan makin kecil keperluan akan keahlian konseptual.
Untuk lebih jelasnya hubungan keduanya dapat digambarkan dengan Grafik hubungan konseptual dan teknikal dengan antar tingkat manajer sebagai berikut.


Peran Manajer Tinggi; Memiliki wewenang atau keperluan keahlian dalam konseptual yang lebih tinggi (kuadran 1) jika dibanding keahlian dalam teknikal (kuadran 2).  
Peran Manajer Menengah; Memiliki wewenang atau keperluan keahlian dalam konseptual yang sama (kuadran 3) jika dibanding keahlian dalam teknikal (kuadran 4).  
Peran Manajer Pertama; Memiliki wewenang atau keperluan keahlian dalam konseptual yang lebih kecil (kuadran 5) jika dibanding keahlian dalam teknikal (kuadran 6).  
Hubungan Silaturahmi antara Tingkatan Manajer
Menurut Robert L. Katz diatas  bahwa diantara dua keahlian yang dimiliki manajer yang saling berkebalikan antara keahlian konseptual dengan keahlian teknikal ada keahlian kemanusiaan. Menurutnya keahlian kemanusiaan yang dimaksud adalah kemampuan seorang manajer untuk bekerjasama, memahami dan memotivasi orang lain, baik sebagai individu maupun kelompok.

Keperluan akan keahlian kemanusiaan bagi setiap manajer  relatif sama bagi semua tingkatan manajemen, karena setiap manajer harus selalu berhubungan dengan para anggota organisasi. Keahlian kemanusiaan inilah yang dimaksud dengan keahlian silatuurahmi. Keahlian ini akan menjadi jembatan komunikasi antara atasan dengan bawahan,  juga sebagai jembatan humanisme dalam menjalin ikatan batin sehingga tidak ada sekat atar jarak diantara mereka dalam menyelesaikan masalah organisasi.
Jika ketiga keahlian ini digambarkan adalah seperti grafik di bawah ini:


Dari grafik tersebut dapat dipahammi bahwa kebutuhan silaturahmi antara manajer pertama (kuadran 3), manajer menengah ( kuadran 2) dan manajer tinggi ( kuadran 1) adalah sama. Mereka dalam menjalin hubungan dan komunikasi adalah sama. Artinya tidak ada kasta dalam menyampaikan ide atau gagasan yang positif untuk memajukan lembaga. Hal ini dapat digambarkan seperti contoh hubungan komunikasi Rasulullah terhadap para shahabatnya, beliau tidak pernah membeda-bedakan.

Dengan konsep tersebut maka manajemen yang dibangun dapat mewadahi berbagai kebutuhan organisasi dan memudahkan permasalahan yang muncul segera dapat terselesaikan dengan tanpa menimbulkan dampak negatif.***


Tidak ada komentar

Posting Komentar