https://1.bp.blogspot.com/-R-8U-Eg9Q1I/VzyUv83bsdI/AAAAAAAAAug/tU22LIGrof0L8atS1Zo9Nz4NhctUtIiyACK4B/s1600/header%2Bsementara.jpg

Senin, 23 Mei 2016

SILATURAHIM DALAM KONTEKS TEORI MANAJEMEN DAN ORGANISASI

Apabila kita mencermati contoh-contoh yang penulis berikan pada artikel yang berjudul “ Menguak Misteri Silaturahim dapat memperluas rizki ... thumbnail 1 summary
Apabila kita mencermati contoh-contoh yang penulis berikan pada artikel yang berjudul “ Menguak Misteri Silaturahim dapat memperluas rizki” kita semakin meyakini akan kebenaran ilahi. Dimana salah satu kunci kelapangan dan kesuksesan ekonomi seseorang atau suatu organisasi adalah dengan manajemen silaturahim. Disinilah pada judul artikel ini penulis hendak mengkaji hubungan silaturahim dalam konteks teori manajemen dan organisasi dari sisi kajian ilmiah berdasarkan teori-teori para pakar bidang ekonomi.


Salah satu pakar ekonomi sekaligus dosen pasca sarjana Universitas Islam Batik Surakarta, Dr. Supawi Pawenang, SE,MM mengatakan bahwa teori-teori yang dibangun oleh para pakar ekonomi barat memang ilmiah bila ditinjau dari sisi saint namun masih ada kelemahannya yaitu mereka meninggalkan konsep ilahiyah. Padahal sebenarnya teori yang dibangun manusia ini adalah bagian terkecil dari ilmu atau konsep Tuhan. Disinilah peran kita untuk meluruskan teori-teori tersebut sehingga kita tidak terjebak pada perkara duniawi saja. Karena pada kenyataannya indeks kebahagiaan hidup manusia itu bukan hanya terbatas pada banyaknya materi saja namun lebih dari itu ada faktor lain yang membuat manusia itu bahagia yaitu faktor kepuasan batin.  Inilah sisi kelemahan teori barat yang terlalu mendewakan akal dan meninggalkan unsur agama.

Dari teori yang beliau sampaikan itu maka beliau meyakini kebenaran sabda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam bahwa silaturahim itu adalah bagian dari sistem manajemen organisasi yang mampu memberikan kesuksesan. Dari sebab itulah beliau memberi tugas kepada penulis selaku mahasiswa program Pasca Sarjana pada mata kuliah Lingkungan Ekonomi Bisnis agar menyusun artikel tentang hubungan antara silaturahmi dapat memperluas rizki ditinjau dari sisi ilmu manajemennya.

 Silaturahim Base Manajemen

Menurut Jame A.F. Stoner, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dari kegiatan anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Definisi ini mengandung tiga unsur utama yaitu  proses, sumber organisasi dan tujuan.
Proses adalah cara yang sistematis untuk melakukan sesuatu. Proses tersebut terdiri dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan dan meliputi:
1). Perencanaan (planing); memikirkan terlebih dahulu kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan termasuk menetapkan tujuan dan program-program untuk mencapainya. Tinjauan dari sisi silaturahim adalah bahwa asas dari menetapkan tujuan organisasi adalah untuk kemakmuran bersama, mensejahterakan bersama dan mewujudkan keadilan yang bertanggung jawab. Semua anggota diajak untuk bersama menggali ide dan selanjutnya diputuskan bersama berdasarkan musyawarah. Sehingga di sini seorang pimpinan tidak asal membuat perencanaan dari satu arah Top-Down saja akan tetapi memberi kesempatan anak buah untuk memberikan ide – idenya (Bottom-Up) . Kalo perlu dengan memberikan hadiah jika ada anak buah yang mampu memberikan ide yang brillian.
Contoh konkrit adalah; saat perang Badar Al Kubro perang pertama di zaman Nabi Muhammad SAW. Saat itu Rasulullah menempatkan pasukannya di suatu tempat. Kemudian ada seorang sahabat yang tidak terkenal atau prajurit biasa bertanya kepada beliau. “ Ya Rasulullah apakah anda mendapat wahyu supaya pasukan kita ditempatkan di sini atau itu atas pendapat pribadi anda?  Jika itu adalah wahyu maka kami hanya bisa mengikut dan taat saja.”  Maka dijawab Nabi,” itu atas pendapatku, ada apa wahai sahabatku, apakah anda punya pendapat lain?” sahabat tersebut menjawab, “ Jika demikian menurutku lebih baik kita pindahkan pasukan kita di dekat oase ( sumber mata air) di sana, agar pasukan kita mempunyai cadangan air yang cukup. Kemudian kita timbun oase yang akan dikuasai musuh agar mereka kekurangan air, kita sisakan satu oase sebagai jebakan jika musuh lari ke tempat itu mereka kita berondong dengan panah.” Apa kata Nabi , “ itu ide yang brillian”,  kemudian nabi mendoakan kebaikan sahabat tersebut. Akhirnya perang Badar dimenangkan kaum muslimin yang hanya berjumlah 300 orang dengan bersenjata sederhana mengalahkan pasukan kafir 1000 orang bersenjata lengkap dan pasukan yang terlatih.
 Lihatlah manajemen silaturahmi yang diterapkan dalam Islam bahkan ide dari seorang kopral pun jika itu brillian diterima oleh pimpinan tertinggi dihargai dan akhirnya mencapai kesuksesan.

2). Pengorganisasian (organizing): mengkoordinir sumber daya manusia dan perlengkapannya, termasuk menyusun struktur dan pembagian kerja untuk melaksanakan program yang telah ditetapkan.
 Silaturahmi sebagai basis manajemen menekankan pada pentingnya memilih dan menempatkan seseorang sesuai dengan kompetensinya. Jika ada dua orang yang memiliki kompetensi yang sama namun yang satu masih memiliki hubungan nasab dan yang lain jauh maka tentunya dipilih yang masih hubungan nasab. Hal ini terkesan ada unsur nepotisme. Dalam Islam sebenarnya sepanjang keluarga tersebut memang memiliki kompentensi yang sesuai dengan jabatan atau pekerjaan maka hal itu tidak mengapa. Hal ini juga dilakukan oleh beberapa khalifah seperti Utsman Bin Affan Radhiyaaallhu anhu.  Karena tidak dipungkiri unsur keluarga ini akan memberikan dampak kokoh dan kuatnya suatu organisasi. Masih ingat dengan contoh –contoh diatas seperti bisnis koloninya orang Cina, bisnis keluarga Sari Bumi, bahkan manajemen keluarga kerajaan Saudi Arabia dan lain-lain.

3). Pengarahan (Actuating): mengarahkan dan memotivasi anggota organisasi untuk menuju ke arah tujuan, termasuk menciptakan iklim yang mendukung mereka melakukan pekerjaannya. Dalam hubungan kerja antara atasan dan bawahan ada kesenjangan yang dalam, hubungan yang kaku dan  jarak yang jauh. Padahal keduanya satu kantor bahkan setiap saat bertemu. Namun pimpinan dan bawahan sudah saling memahami bahwa hubungan mereka bukanlah hal yang biasa, atasan menganggap bahwa seeorang pimpinan selalu menjaga wibawa dengan sikap menjaga jarak dan bicara seperlunya. Bawahan pun lantas menjaga diri jangan sampai terlampau “berani” sehingga terkesan tidak hormat. Hal inilah yang menyebabkan komunikasi kurang efektif. Banyak permasalahan di lapangan yang sebenarnya sederhana namun penting menjadi tidak tersalurkan.
Dangan silaturahim  base manajemen seorang pimpinan atau CEO sekalipun memandang bahwa hubungan dengan anak buah bukan sesuatu yang formal, bukan sesuatu yang kaku protokoler atau terkesan angkuh. Justru sebaliknya dia merasa bahwa atasan bawahan tidak ada beda dalam hal peran memajukan organisasi. Yang membedakan hanyalah tugas dan tanggung jawab. Adapun dalam muamalah atau hubungan pribadi atau  komunikasi apalagi untuk memajukan perusahaan seakan mencair seperti air mengalir, alami, tenang namun menghanyutkan. Artinya dari hubungan yang harmonis ini menimbulkan suasana kekeluargaan dalam menggali ide-ide brilian. Dari sini mereka dapat memecahkan masalah tanpa masalah serta tujuan perusahaan dapat tercapai optimal tanpa membutuhkan rapat-rapat yang berbiaya besar. Hubungan antar SDM harmonis, kesalahfahaman terantisipasi pada akhirnya kinerja meningkat, prestasi optimal dan kesejarteraan lahir batin tercapai.
Contoh konkrit manajeman berbasis silaturahmi ini sebagaimana dilakukan Nabi Muhammad SAW dengan para shahabatnya. Juga yang dilakukan para khulafaur Rasyidin (Presiden nya umat Islam zaman itu) pada para menteri atau gubernur bahkan dengan rakyatnya sekalipun. Inilah contoh keberhasilan implementasi silaturahmi base manajemen dalam sejarah. 

4). Pengawasan (controling): menjamin agar organisasi menuju tujuannya, termasuk mengendalikan kegiatan agar sesuai dengan rencana, dan melakukan koreksi yang diperlukan. Dalam konteks silaturahmi base manajemen, kontol kepada anak buah bisa lebih luwes. Tidak perlu kaku dan setiap anak buah yang melalukan kesalahan atau pelanggaran selalu dipanggil ke kantor untuk ditegur atau dimarahi. Namun lebih kepada “problem solving with personal approach” atau pemecahan masalah dengan pendekatan pribadi.
Terkadang anak buah ketika dipanggil ke kantor sudah trauma terlebih dahulu karena dia merasa pasti akan kena SP atau teguran. Hal ini karena kebiasaan pimpinan dalam setiap masalah selalu memanggil anak buah ke kantor. Sekalipun hal ini terkadang baik dan diperlukan seperti untuk menjaga nama baik seseorang namun tidak bisa dipungkiri hal ini juga menimbulkan trauma atau rasa takut bahkan benci.
Penerapan manajemen berbasis silaturahmi dalam hal kontrolling dalam masalah ini contohnya pimpinan fleksibel dalam mengusut masalah. Bisa dengan cara anak buah diajak makan malam di restoran atau didatangi saat sendirian di luar kantor atau saat jalan-jalan. Pada intinya masalah yang ada dapat terpecahkan tanpa menimbulkan ekses negatif. 

5). Evaluasi ( Evaluating). Mengevaluasi kegiatan organisasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan manajenen selama kurun waktu tertentu. Evaluasi juga berfungsi untuk mengetahui penyebab kegagalan manajemen sehingga menjadi bahan pelajaran untuk masa yang akan datang. Dalam konsep silaturahmi base manajemen evaluasi  mengutamakan tercapainya subtansi dari permasalahan yang sebenarnya ada diorganisasi. Seorang pimpinan mangajak secara jujur dan terbuka agar permasalahan yang menghambat tercapainya tujuan disampaikan dengan hati yang lapang. Semua diungkapkan dalam konteks persuasif sehingga tujuan organisasi yang belum tercapai tersebut dapat dicapai pada waktu yang akan datang.

  Hubungan Keahlian Konseptual dan Keahlian Teknikal Bagi Manajer

Robert L. Katz telah mengidentifikasi tiga jenis keahlian yang harus dimiliki oleh setiap manajer, yaitu: keahlian teknikal, keahlian kemanusiaan dan keahlian konseptual.
Keahlian teknikal adalah kemampuan untuk menggunakan peralatan, prosedur, atau teknik dari suau bidang pekerjaan tertentu, seperti programmer, akuntan, teknik mesin. Keahlian konseptual, yaitu kemampuan mental untuk mengkoordinasikan dan mengintergrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan organisasi.
Makin tinggi tingkatan manajemen, makin besar keperluan akan keahlian konseptual dan makin kecil keperluan akan keahlian teknikal. Sebaliknya semakin rendah tingkatan manajemen, makin besar keperluan akan keahlian teknikal dan makin kecil keperluan akan keahlian konseptual.
Untuk lebih jelasnya hubungan keduanya dapat digambarkan dengan Grafik hubungan konseptual dan teknikal dengan antar tingkat manajer sebagai berikut.


Peran Manajer Tinggi; Memiliki wewenang atau keperluan keahlian dalam konseptual yang lebih tinggi (kuadran 1) jika dibanding keahlian dalam teknikal (kuadran 2).  
Peran Manajer Menengah; Memiliki wewenang atau keperluan keahlian dalam konseptual yang sama (kuadran 3) jika dibanding keahlian dalam teknikal (kuadran 4).  
Peran Manajer Pertama; Memiliki wewenang atau keperluan keahlian dalam konseptual yang lebih kecil (kuadran 5) jika dibanding keahlian dalam teknikal (kuadran 6).  
Hubungan Silaturahmi antara Tingkatan Manajer
Menurut Robert L. Katz diatas  bahwa diantara dua keahlian yang dimiliki manajer yang saling berkebalikan antara keahlian konseptual dengan keahlian teknikal ada keahlian kemanusiaan. Menurutnya keahlian kemanusiaan yang dimaksud adalah kemampuan seorang manajer untuk bekerjasama, memahami dan memotivasi orang lain, baik sebagai individu maupun kelompok.

Keperluan akan keahlian kemanusiaan bagi setiap manajer  relatif sama bagi semua tingkatan manajemen, karena setiap manajer harus selalu berhubungan dengan para anggota organisasi. Keahlian kemanusiaan inilah yang dimaksud dengan keahlian silatuurahmi. Keahlian ini akan menjadi jembatan komunikasi antara atasan dengan bawahan,  juga sebagai jembatan humanisme dalam menjalin ikatan batin sehingga tidak ada sekat atar jarak diantara mereka dalam menyelesaikan masalah organisasi.
Jika ketiga keahlian ini digambarkan adalah seperti grafik di bawah ini:


Dari grafik tersebut dapat dipahammi bahwa kebutuhan silaturahmi antara manajer pertama (kuadran 3), manajer menengah ( kuadran 2) dan manajer tinggi ( kuadran 1) adalah sama. Mereka dalam menjalin hubungan dan komunikasi adalah sama. Artinya tidak ada kasta dalam menyampaikan ide atau gagasan yang positif untuk memajukan lembaga. Hal ini dapat digambarkan seperti contoh hubungan komunikasi Rasulullah terhadap para shahabatnya, beliau tidak pernah membeda-bedakan.

Dengan konsep tersebut maka manajemen yang dibangun dapat mewadahi berbagai kebutuhan organisasi dan memudahkan permasalahan yang muncul segera dapat terselesaikan dengan tanpa menimbulkan dampak negatif.***


Rabu, 18 Mei 2016

TERLAHIR SEBAGAI PEMIMPIN

Banyak peristiwa dalam kehidupan Rasulullah ﷺ, empat khalifah setelah beliau, dan sejarah-sejarah umat Islam setelah mereka yang tidak ha... thumbnail 1 summary
Banyak peristiwa dalam kehidupan Rasulullah ﷺ, empat khalifah setelah beliau, dan sejarah-sejarah umat Islam setelah mereka yang tidak hanya berhenti pada kajian sejarah. Rekam jeja
k mereka mengajarkan nilai. Ada kajian keilmuan yang begitu luas yang bisa dirumuskan. Terlebih dengan berkembangnya metode penelitian modern.
Kehidupan Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya bisa dikaji dalam ilmu psikologi, sosiologi, leadership, politik dan hubungan internasional, bahkan kebijakan-kebijakan strategis. Di antara pelajaran menarik dari kehidupan Nabi ﷺ adalah bagaimana beliau ﷺ begitu lihai melihat potensi sahabatnya. Beliau ﷺ sangat advance dalam memahami karakter seseorang. Kemudian memberikan peranan yang tepat kepada mereka. Beliau sosok pemimpin cerdas yang mampu memimpin para leader.

Kepemimpinan Bukan Masalah Senioritas
Rasulullah ﷺ mengajarkan umatnya, kepemimpinan bukan masalah senioritas. Dan beliau ﷺ berhasil menransfer pemahaman ini dengan sangat baik ke para sahabatnya radhiallahu ‘anhum. Sehingga mereka memiliki cara pandang (paradigma) yang sama dengan Rasulullah ﷺ.

Pertama: Kepemimpinan Khalid bin al-Walid di Perang Mu’tah.
Contoh yang menarik adalah kisah diangkatnya Khalid bin al-Walid radhiallahu ‘anhu memimpin pasukan Perang Mu’tah. Peristiwa itu hanya berselang 4 bulan setelah Khalid memeluk Islam. Ketika tiga orang panglima perang yang ditunjuk Rasulullah ﷺ gugur: Ja’far bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, dan Abdullah bin Rawahah radhiallahu ‘anhum, panji pasukan dipegang oleh Tsabit bin Aqram radhiallahu ‘anhu. Tsabit adalah seorang sahabat senior. Ia turut serta dalam Perang Badar. Rasulullah ﷺ bersabda tentang para sahabat yang turut serta dalam pasukan Badar:
لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يَكُونَ قَدِ اطَّلَعَ عَلَى أَهْلِ بَدْرٍ فَقَالَ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ ، فَقَدْ غَفَرْتُ لَكُمْ
“Mudah-mudahan Allah telah memperhatikan ahli Badr (para sahabat yang ikut perang Badar) lalu berkata, ‘Lakukan semaumu, sesungguhnya Aku telah mengampuni kamu’.” (HR. Bukhari, no. 3007).
Kata Tsabit bin Aqram al-Anshary, “Wahai kaum muslimin, tunjuklah salah seorang di antara kalian (untuk jadi pemimpin)!”
“Engkau,” kata para sahabat.
Tsabit menanggapi, “Aku bukanlah orangnya”. Maka para sahabat memilih Khalid bin al-Walid.” (Ibnu Hisyam, 2009: 533).
Kemudian Tsabit bin Aqram menemui Khalid bin al-Walid. Ia berkata, “Peganglah bendera ini wahai Abu Sulaiman (kun-yah Khalid).”
“Aku tidak akan mengambilnya. Engkaulah orang yang lebih pantas untuk itu. Engkau seorang yang dituakan. Dan turut serta dalam Perang Badar,” jawab Khalid. Artinya Khalid tahu keutamaan dan ketokohan (senioritas) Tsabit. Ia menaruh respect padanya.
“Ambillah! Aku ambil bendera ini hanya untuk menyerahkannya padamu,” perintah Tsabit tegas. Khalid pun mengambil bendera tersebut dan menjadi panglima perang (Shalabi, 2007: 248).
Dari potongan kisah ini, kita melihat para sahabat Rasulullah ﷺ memahami betul bahwa kepemimpinan bukan masalah senioritas. Orang yang pantaslah yang layak memimpin. Para sahabat hilangkan ego kesukuan yang menjadi ciri bangsa Arab sebelum datangnya Islam. Dan inilah didikan Rasulullah ﷺ kepada mereka.

Kedua: Kepemimpinan Amr bin al-Ash dalam Perang Dzatus Salasil
Amr bin al-Ash radhiallahu ‘anhu ditunjuk Rasulullah ﷺ sebagai panglima pasukan Perang Dzatus Salasil, 5 bulan setelah ia memeluk Islam. Menariknya, dalam pasukan Dzatus Salasil ini terdapat Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhuma.
Rasulullah ﷺ memanggil Amr bin al-Ash dan berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku ingin mengirimmu memimpin sebuah pasukan dan Allah akan memenangkanmu dan memberimu harta rampasan perang. Aku berharap dengan harapan yang baik agar engkau mendapatkan harta”.
Kemudian Amr menjawab, “Wahai Rasulullah, aku tidak masuk Islam demi harta. Aku masuk Islam karena kecintaan terhadap Islam dan agar aku bisa bersama-sama Rasulullah ﷺ.”
Kemudian Rasulullah ﷺ memuji Amr, menyebutnya sebagai orang yang baik, “Wahai Amr, sungguh alangkah indahnya jika harta yang baik berada di tangan orang yang baik pula.” (HR. al-Bukhari dalam bab Adab, No. 299).
Suatu hari, Umar bin al-Khattab melihat Amr bin al-Ash sedang berjalan. Kemudian Umar mengatakan,
مَا يَنْبَغِي لأَبِي عَبْدِ اللَّهِ أَنْ يَمْشِيَ عَلَى الأَرْضِ إِلا أَمِيرًا . .
“Tidak pantas bagi Abu Abdillah (Amr bin al-Ash) berjalan di muka bumi ini kecuali sebagai seorang pemimpin.” (Tarikh Dimasyq oleh Ibnu Asakir).
Di zaman kekhalifahan Umar bin al-Khattab, ia mengangkat Amr bin al-Ash sebagai gubernur Mesir.

Kepemimpinan Bukan Masalah Knowledge (pengetahuan)
Sebagian orang mengangkat orang lain menjadi pemimpin karena gelar akademik tinggi yang disandangnya. Ada pula yang mengangkat pemimpin karena pengetahuannya yang luas tentang agama. Tanpa menimbang kapasitasnya dari sisi leadership. Yang dimaksud di sini adalah kepemimpinan dalam sebuah grup, kelompok, organisasi, dan sejenisnya. Bukan kepemimpinan agama seperti yang disebutkan Alquran:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS:As-Sajdah | Ayat: 24).
Rasulullah ﷺ membedakan antara Abu Dzar al-Ghifary dengan Amr bin al-Ash dan Khalid bin al-Walid. Padahal dari sisi ke-ulamaan tentu Abu Dzar jauh lebih unggul. Dari sisi ke-islaman, Abu Dzar lebih senior. Ia adalah orang yang pertama-tama menerima dakwah Islam yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ. Artinya ia memeluk Islam kurang lebih 20 tahun sebelum Khalid dan Amr. 20 tahun! Bukan waktu yang singkat.
Rasulullah ﷺ bersabda memuji Abu Dzar radhiallahu ‘anhu,
مَا أَقَلَّتْ الْغَبْرَاءُ وَلَا أَظَلَّتْ الْخَضْرَاءُ مِنْ رَجُلٍ أَصْدَقَ لَهْجَةً مِنْ أَبِي ذَرٍّ
“Bumi tak akan diinjak dan langit tak akan menaungi seorang laki-laki yang lebih benar dialeknya daripada Abu Dzar.” (HR. Ibnu Majah No.152).
Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata tentang Abu Dzar,
أَبُو ذر وعاء مليء علما.
“Abu Dzar bagai sebuah wadah yang penuh dengan pengetahuan…” (Tarikh Dimasq oleh Ibnu Asakir).
Tapi Abu Dzar tidak pernah diberikan kepemimpinan oleh Rasulullah ﷺ. Beliau hidup di masa Rasulullah ﷺ, Abu Bakar, Umar, dan wafat di masa pemerintahan Utsman. Tidak pernah sama sekali jadi pemimpin.
Pernah sekali Abu Dzar menawarkan diri kepada Rasulullah ﷺ untuk menjadi pemimpin. Bukan karena ia tamak kepemimpinan. Tapi ia ingin lebih bermanfaat, menolong, dan berbagi untuk orang lain. Abu Dzar mengatakan, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau menjadikanku sebagai pemimpin?” Mendengar permintaanku tersebut, beliau menepuk pundakku seraya bersabda:
يَا أَبَا ذَرٍّ، إِنَّكَ ضَعِيْفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ، إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيْهَا
“Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah sementara kepemimpinan itu adalah amanat. Dan nanti pada hari kiamat, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut.” (HR. Muslim no. 1825).
Dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
يَا أَبَا ذَرٍّ، إِنِّي أَرَاكَ ضَعِيْفًا، وَإِنِّي أُحِبُّ لَكَ مَا أُحِبُّ لِنَفْسِي، لاَ تَأَمَّرَنَّ اثْنَينِ وَلاَ تَوَلَّيْنَ مَالَ يَتِيْمٍ
“Wahai Abu Dzar, aku memandangmu seorang yang lemah dan aku menyukai untukmu apa yang kusukai untuk diriku. Janganlah sekali-kali engkau memimpin dua orang dan jangan sekali-kali engkau menguasai pengurusan harta anak yatim.” (HR. Muslim no. 1826).
Rasulullah ﷺ sangat mencintai Abu Dzar. Tapi beliau memberikan pesan yang begitu jelas, jika ada dua orang, dia yang jadi pemimpin bukan engkau wahai Abu Dzar.

Pelajaran:
Pertama: Rasulullah ﷺ berada di antara para pemimpin.
Kedua: Rasulullah ﷺ sangat pandai membaca potensi para sahabatnya.
Ketiga: Orang yang berilmu agama memiliki kedudukan yang istimewa. Rasulullah tidak memberikan pujian kepada Khalid sebagaimana beliau memuji Abu Dzar, “aku menyukai untukmu apa yang kusukai untuk diriku”.
Keempat: Kepemimpinan itu berat dan amanah.
Kelima: Leadership adalah bagaimana seseorang mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu mencapai tujuan bersama. Terkadang hal ini tidak berhubungan dengan pengetahuan dan tingkat pendidikan. Syaratnya dia seorang muslim kemudian modal utamanya adalah integritas (jujur dan amanah).
Keenam: Ada orang-orang yang terlahir sebagai pemimpin. Ada orang-orang yang bisa dilatih jadi pemimpin. Dan ada orang-orang yang tidak bisa dilatih jadi pemimpin walaupun memiliki mentor sekelas Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar.
Ketujuh: Banyak hal yang bisa digali dari perjalanan hidup Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya radhiallahu ‘anhum.


Daftar Pustaka:
– Ahmad, Mahdi Rizqullah. 2012. Terj: Sirah Nabawiyah. Jakarta: Perisai Qur’an.
– Hisyam, Ibnu. 2009. Sirah Nabawiyah. Beirut: Dar Ibnu Hazm.
– ash-Shalaby, 2007. Ghazawatu ar-Rasul. Kairo: Muas-sasah Iqra.
– islamweb.net
Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com

MENGUAK MISTERI SILATURAHIM DAPAT MEMPERLUAS RIZKI

a. Definisi Silaturahim Silaturahim adalah kata serapan dari bahasa arab. Kata “Silaturrahim” ditulis dengan [صِلَةُ الرَّحِمِ ... thumbnail 1 summary
a. Definisi Silaturahim

Silaturahim adalah kata serapan dari bahasa arab. Kata “Silaturrahim” ditulis dengan [صِلَةُ الرَّحِمِ]. Jika kita beri harakat lengkap, cara membacanya: Silaturrahimi. Terdiri dari dua suku kata: silah, [arab: صِلَةُ] yang artinya hubungan dan rahim [arab: الرَّحِم] artinya rahim adalah nama salah satu organ tubuh wanita, tempat tumbuhnya janin. Dari rahim ibu inilah  akan lahir manusia-manusia yang kemudian saling  ada ikatan nasab atau kekeluargaan ketika di dunia.

Jika ditinjau  dari makna bahasanya sebagaimana penjelasan di atas, silaturahmi di sini hanya terbatas kepada keluarga saja. Keluarga bisa meliputi keluarga inti dan keluarga yang tercakup dan terlibat dalam hal warisan. Jadi keluarga yang termasuk dalam makna rahim diantaranya adalah anak dengan  orang tua kandungnya, cucu dengan nenek serta kekek dan garis keatas,  anak-anak sesama saudara seayah seibu, anak-anak sesama saudara seibu, anak-anak sesama saudara seayah,  saudara senenek, saudara sekakek dan seterusnya.
 
Sehingga yang dimaksud silaturrahim adalah menjalin hubungan baik dengan kerabat, sanak, atau saudara yang masih memiliki hubungan rahim atau hubungan darah dengan kita. 

b. Silaturahim ataukah Silaturahmi?
Terdapat beberapa kata dalam bahasa arab yang mengalami infiltrasi ke bahasa kita. Hanya saja masyarakat indonesia tidak sepakat dalam ejaannya. Kendati lembaga bahasa telah membuat aturan baku EYD, namun tidak semua masyarakat terbiasa menggunakannya. Sebagaimana kata shalat. Ada yang menuliskan sholat, salat, atau solat. Mana yang benar? Bagi sebagian orang yang taklid dengan EYD, mereka akan membela kata salat. Tapi bagi sebagian yang kurang perhatian dengan bahasa, dia tidak akan mempermasalahkannya, yang penting enak dibaca.
Karena itu, sejatinya tidak ada yang perlu dipermasalahkan antara silaturrahim ataukah silaturahmi. Selama makna yang dimaksud sama, yaitu memperbaiki hubungan persaudaraan dengan kerabat. Jadi diperkenankan menyebut silaturahim atau silaturahmi, karena keduanya sama.

c. Silaturahim atau Ziyaroh ?
Di masyarakat kita khususnya Indonesia istilah silaturahim atau silaturahmi mengalami perluasan makna. Istilah ini biasa dipakai untuk lebih mendekatkan seseorang kepada orang lain yang sama sekali tidak memiliki hubungan kekerabatan. Sebagai contoh ilustrasi perkataan seseorang sebagai berikut; “Saya mau silaturahmi ke rumah teman kuliah di Solo karena sudah lama tidak berjumpa”.  Jika ditinjau dari sisi makna syari’at ini adalah sebuah kekeliruan. Sebab teman yang dimaksud dalam kalimat tersebut tidak ada hubungan nasab atau kekeluargaan. 

Dalam Islam ada istilah lain yag lebih tepat untuk menyebut jika seseorang hendak berkunjung ke rumah teman, yaitu istilah “ziyaroh”. Ziyaroh dari akar kata zaaro – yazuuru – ziyaaratan menjadi  ziyaroh dan diserap EYD menjadi ziyarah artinya berkunjung.  Namun istilah ziyarah di Indonesia lebih populer dipakai untuk ziyarah kubur.

Jadi teman atau orang yang berkunjung ke rumah teman atau guru, dosennya dan sebagainya  yang tidak ada ikatan keluarga maka bahasa istilah yang tepat adalah “ziyarah” bukan silaturahim. 

Namun dalam konteks umum istilah silaturahim juga bisa dimaknai sebagai upaya untuk menjalin hubungan yang harmonis pada semua orang, terutama sesama islam yang saling menguntungkan dalam perkara bisnis atau lainnya. Inilah sudut pandang silaturahim dalam konteks ekonomi bisnis, yang isyallah akan dibahas pada kesempatan lain.


d. Silaturahim dalam konsep Islam.
Memahami makna silaturahim sesuai dengan hahikatnya adalah penting. Karena di dalamnya mengandung implikasi yang sangat dalam dan luas. Bahkan jika kesalahan konsep ini dibiarkan maka banyak hukum-hukum syariat yang akan hilang atau terabaikan. Sebaliknya jika makna silaturahim ini dijadikan acuan untuk dimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari maka akan menghasilkan perubahan tatanan kehidupan yang luar biasa.

Jika meninjau makna silaturahim sebagaimana di atas betapa Allah Sang pencipta jagat raya termasuk di dalamnya manusia, sangat menginginkan agar hubungan kekerabatan yang telah Allah tetapkan  sejak di alam rahim masih terus bisa berlanjut hingga di alam dunia nyata  ini. 

Dalam Islam hubungan keluarga harus dijaga dan dimotivasi, bahkan ada ancaman khusus bagi orang yang memutusnya.
Nabi Muahammad shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
“Tidak akan masuk surga pemutus (silaturrahim)”.[HR. Bukhori Muslim]
 
Disinilah konsep Islam, agar setiap individu senantiasa memperhatikan keluarga dari yang terdekat terlebih dahulu sebelum memperhatikan orang lain yang jauh dari keluarga. Jika konsep ini dilaksanakan oleh setiap individu maka akan terbentuk masyarakat yang kuat dan kokoh. 

Disebutkan dalam hadits banyak keutamaan silaturahmi. Misalnya diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya. Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ؛ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ”.
“Barang siapa menginginkan untuk diluaskan rizkinya serta diundur ajalnya; hendaklah ia bersilaturrahim”.[HR. Bukhari dan Muslim]

Dari keterangan hadits tersebut dijelaskan bahwa perbuatan silaturahmi akan membawa manfaat dua hal yaitu luas rizki dan panjang umur.

            Makna Silaturahmi akan memperluas rizki. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut; bahwa rizki adalah merupakan rahasia Allah. Dan Allah telah menentukan rizki setiap hamba-Nya bahkan semenjak dia masih dalam proses menjadi janin. Namun ada diantara amalan yang apabila dilakukan anak manusia di dunia menyebabkan Allah memberi bonus berupa rizki lain selain jatah yang sudah ditentukan tadi. 

Pengertian  luasnya rizki bisa bermakna dua. Makna secara lahiriyah dan secara ma’nawiyah. Makna rizki secara lahiriyah misalnya seseorang dengan sebab rajin menjalin silaturahmi maka relasinya menjadi luas. Hubungan yang selama ini terputus ternyata menjadikan sebab saudara yang kaya menaruh iba dan kasihan kepada saudaranya yang kekurangan. Dia bisa memberi bantuan dalam bentuk modal atau investasi, ketrampilan, bea siswa atau pekerjaan. Di sisi lain orang yang memperhatikan saudaranya dengan sebab itu omset perusahaannya meningkat dan terus membesar.

 Adapun makna luasnya rizki secara ma’nawiyah bisa dijelaskan, bahwa seseorang disebabkan dia suka bersilaturahmi secara lahiriyah hartanya tetap, tidak bertambah. Namun secara ma’nawiyah hartanya dirasakan memberikan ketenangan hidup, ketentraman bahkan memberikan kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Inilah makna luasnya rezki secara ma’nawi. Istilah lain luasnya rizki ini adalah “barokah”. Barokah artinya bertambahnya kebaikan yang banyak dan  terus menerus,  bukan hanya di dunia bahkan hingga di akhirat.

e. Misteri Silaturahmi sebagai Penyebab Luasnya Rizki
Bicara tentang silaturahmi dengan bisnis seakan dua sisi mata uang yang tidak pernah ketemu. Namun ternyata keduanya ada hubungan ‘misterius’ yang apabila dikaji secara komprehensif akan memberikan konstribusi bagi perkembangan teori baru dalam bidang ekonomi bisnis.

Sebagai orang Islam tentunya kita yakin bahwa segala teori yang muncul dari hasil olah pikir manusia di dunia ini tidak lepas dari ‘setetes’ ilham  atau ilmu Allah yang bak samudera luas tak bertepi. Namun Allah memberikan beberapa petunjuk untuk kebahagiaan manusia itu sendiri baik langsung atau tidak langsung.

Salah satu perintah Allah melalui sabda Nabi-Nya pada hadits di atas, dimana “Barang siapa menginginkan untuk diluaskan rizkinya serta diundur ajalnya; hendaklah ia bersilaturrahim”.  Sebenarnya dari  perkataan tersebut adalah merupakan konsep yang akan memunculkan teori. Konsep  apa yang bisa kita ambil? Dan teori apa yang bisa kita terapkan? Apakah manusia sudah ada yang menerapkan konsep dan teori tersebut? Dan apakah sudah ada yang berhasil dalam menerapkan konsep dan teori tersebut?
 
Disinilah penulis akan membuktikan keajaiban perkataan Nabi tersebut dari sisi  ilmiah dan kajian  empiris bahwa beberapa pertanyaan tersebut di atas adalah benar dan sudah terbukti. Karena tidaklah teori akan dikatakan benar jika tidak ada bukti dari kebenaran teori tersebut. Namun jika ternyata secara faktual atau bukti empiris telah banyak orang yang sukses menerapkan teori atau konsep tertentu maka secara otomatis teori dan konsep tersebut telah teruji kebenarannya.

Karena bahasan kita adalah konteksnya ekonomi bisnis maka kita batasi pembahasan kita pada point konsep bahwa silaturahim adalah salah satu penyebab diluaskan rizki. Sedang pada pembahasan silaturahim menjadi penyebab dipanjangkan umur akan dibahas pada bagian tersendiri.

Baca juga “Silaturahim sebagai pondasi perusahaan tetap eksis”.
Baiklah kita akan buktikan beberapa fakta empiris para pelaku bisnis yang menerapkan Manajemen silaturahim.
1. Bisnis Toko Bangunan Sari Bumi
Pada bulan Agustus 2015 Penulis bersama rombongan mengadakan studi banding di salah satu sekolah di Sidoarjo Jawa Timur, tepatnya SDI Sari Bumi. Dimana SD tersebut sebenarnya baru 5 tahun dan belum meluluskan siswanya. Namun atas rekomendasi seorang teman bahwa jika engkau menginginkan sekolah yang memiliki pembelajaran Al Qur’an dan Tahfidz yang bagus datanglah ke SDI Sari Bumi Sidoarjo. Maka kami rombongan SDU Daar El Dikir di Sukoharjo Jawa Tengah nekat menempuh perjalanan  jauh ke Sidoarjo untuk menggali informasi dan belajar langsung dengan SD tersebut.

Saat penulis dan rombongan berbincang dengan pengurus yayasan, penulis sempat dibuat kaget dengan cerita beliau. Bahwa nama Sari Bumi sebenarnya adalah nama toko bangunan ( TB)  di wilayah Sidoarjo. Berawal dari modal yang pas-pasan TB Sari Bumi berdiri dan berkat pertolongan Allah kemudian  ketekunan serta kerja keras pemiliknya  membangun bisnis ini TB Sari Bumi terus berkembang. 

Manajemen yang dipakai hanya sederhana, pemberdayaan keluarga atau manajemen  berbasis silaturahim. Untuk melebarkan sayap bisnisnya dibukalah cabang di tempat lain dan diserahkan manajemennya kepada saudara-saudaranya. Hingga saat diwawancarai toko TB Sari Bumi sudah memiliki 150 cabang di seluruh Kabupaten Sidoarja dan Surabaya. 

Karena jumlah kebutuhan belanja mereka setiap hari sangat besar maka mereka bisa langsung mengorder belanja kebutuhan dagangan langsung ke pabrik pembuat. Tentunya hal ini sangat menguntungkan karena harga bisa sangat murah. Kemudian mereka membangun satu gudang untuk menampung barang dagangan tersebut. Dan setiap kali ada mengambilan dari anggota TB dikontrol dan dibukukan. Semua yang memegang kendali perusahaan lagi-lagi adalah dari keluarga. 

Untuk menjaga kesolidan dan kekeluargaan diadakanlah pertemuan keluarga Sari Bumi yang dilaksanakan secara terjadwal. Dan tidak jarang dari pertemuan ini menjadi sarana “ biro jodoh” keluarga yang selanjutnya dipikirkan bersama untuk memperluas jaringan perusahaan tersebut.


2. Cina dan Model Bisnis Koloninya.
Etnis Cina adalah etnis yang boleh dikata merajai perekonomian dunia. Disamping sebagai jumlah terbesar di dunia juga perekonomian Cina menguasai di setiap lini kehidupan dari sejak zaman sebelum perang dunia pertama. Cina juga salah satu etnis yang tingkat penyebaran ke seluruh dunia paling banyak dan paling luas. Boleh dikata tidaklah ada suatu negeri kecuali orang Cina ada di sana. Lebih hebatnya mereka menguasi ekonomi suatu negeri tersebut. 

Di Solo misalnya, banyak kita temui perusahaan keluarga yang menguasai industri sektor hulu seperti Toko Grosir kebutuhan konveksi. Sebagai contoh yang penulis amati di Solo ada beberapa Perusahaan keluarga Cina yang omsetnya ratusan juta dalam sehari seperti; Toko Surya di Timur Pasar Kembang, Toko PK di  Kebalen,  Toko YOS di  BTC Beteng, Toko Sedap Malam di Cemani, Toko Angrek dan Mawar di Gemblegan dan lain-lain. Demikian juga  toko-toko penjual engine, dan alat Pertanian, peternakan, produk kesehatan, hingga makanan tradisional. 

Perusahaan-perusahaan tersebut dikelola oleh  keluarga – keluarga Cina. Orang orang cina tersebut hidup di Indonesia sudah generasi ke sekian dan mereka  membentuk koloni- koloni seperti lebah yang saling kerjasama yang saling menguntungkan dan saling percaya. Hal inilah diantara yang menjadi penyebab suksesnya bisnis Cina yang dibangun di atas manajemen keluarga atau dalam istilah lain “manajemen silaturahmi”.

Apa yang menarik dari Manajemen Silaturahmi ini ?
Ternyata ada rahasia dibalik fenomena ini, yaitu orang Cina terkenal memiliki ikatan kekeluargaan atau dalam bahasa Islam Silaturahim yang sangat kuat. Sekalipun mereka melakukan tersebut bukan karena memahami Islam. Mereka mengelola perusahaan bersama keluarga besar mereka berdasarkan insting atau naluri mereka. Dengan  sistem ini mereka merasa mendapatkan manfaat, sebagai berikut:
a. Terjalin ikatan nasab atau  kekeluargaan yang kuat.
b. Karena semua keluarga merasa saling memiliki sehingga etos kerja dan prestasi kerja maksimal.
c. Budaya saling menolong diantara keluarga akan menumbuhkan rasa kasih sayang dan memperkuat ukhuwah.
d. Karena ada ikatan kuat inilah terjadinya kebocoran seperti akibat korupsi, manipulasi dan berbagai penyimpangan dapat diantisipasi.
Menurut cerita bahwa orang cina memiliki kepedulian terhadap anggota keluarganya yang tidak mampu. Bentuk kepedulian mereka seperti memberi bantuan berupa pinjaman modal, memberi ketrampilan atau memberi pekerjaan untuk membesarkan perusahaan familynya.  Dari sebab inilah perusahaan – perusahaan keluarga cina kebanyakan exis dan bahkan terus berkembang seiring dengan berkembangknya anggota keluarga tersebut.

3. Encik dan Upaya Menjaga Kemurnian  Trahnya.
Sabda Nabi, “ Ketahuilah  nasab  keturunan  kalian  yang  dengannya  tersambung  Rahim  kalian. Karena  silaturahim  menjadi  penyebab  kecintaan  keluarga,  bertambahnya  harta  dan panjang umur.” ( Al Hadits) ini adalah  salah satu perkataan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam yang sampai sekarang paling diyakini dan dijaga oleh keturunan Arab. 

Orang Arabiyyin atau keturunan Arab dalam istilah kita adalah encik, mereka adalah etnis yang sangat menjaga nasab atau garis keturunan. Bahkan  hingga garis generasi ke tujuh kadang masih terjaga dengan membukukan di buku silsilah keluarga mereka. Untuk menjaga nasab tersebut mereka tidak sembarangan dalam memilih jodoh. Bagi mereka orang selain arab disebut orang a’jam (orang asing). Jika ada diantara mereka yang tertarik dan menikahi wanita a’jam sering terjadi perceraian dan anaknya yang diperoleh dari hasil perkawinan tersebut tidak mendapat warisan atau kalau mendapat hanya separo atau kurang. Ini pengamatan yang penulis saksikan dari beberapa kejadian.

Kalau dalam urusan menjaga nasab saja mereka kuat apalagi dalam urusan bisnis pastilah mereka sangat memperhatikan. Banyak para pengusaha Arab yang berhasil membangun jaringan bisnis dimulai dari manajemen keluarga. Di Solo kelurahan pasar Kliwon banyak perkampungan encik dan mereka membangun  usaha mereka dengan ‘menajemen silaturahim’ dan hingga saat ini tetap eksis. Bahkan disana mereka membangun beberapa yayasan amal dan pendidikan seperti YPI Diponegoro, dan lain-lain.

4. Kesolidan Orang yahudi.
 Yahudiyyuun atau bangsa yahudi adalah salah satu etis keturunan Israel yang hidup sejak lebih dari 3000 tahun Sebelum Masehi. Israel adalah julukan Nabi Ya’qub Alaihisalam. Ya’qub anaknya Nabi Ishaq Alaihisalam dan cucu Nabi Ibrahim Alaihisalam . Sebenarnya anak nabi Ya’qub ada 12 orang salah satunya adalah Nabi Yusuf alaihisalam. Namun diantara anak keturunan Nabi Ya’qub yang paling menonjol dan mengisi sejarah kehidupan manusia setelahnya adalah dari garis keturunan Yahuda, yang selanjutnya keturunannya diberi julukan bangsa Yahudi. Bangsa Yahudi inilah yang dalam sejarah selalu menimbulkan masalah dari sejak zamannya Nabi Musa alaihisalam  hingga Nabi Isa alaihimusalam, bahkan hingga kini zaman Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam. 

Yang menarik dari mereka bangsa Yahudi adalah bahwa mereka memiliki ikatan etnis yang fanatik. Sehingga walaupun mereka  tersebar di seluruh dunia mereka tetap bersatu. Orang-orang yahudi atau Bani israil terkenal memiliki otak yang cerdas dan peradaban yang tinggi. Namun karena tidak diimbangi dengan keimanan yang benar dan suka menentang perintah Allah maka mereka mendapat laknat. Terbukti dengan seringnya mendapat cobaan atau serangan dari musuh-musuh mereka hingga mereka terpencar dan tersebar ke seluruh dunia.

 Berbagai perkumpulan  atau dalam konteks ini ‘silaturahim’ antar mereka luar biasa solidnya. Berbagai bisnis yang penting di dunia ini hampir dikuasai orang-orang yahudi. Mereka menguasai berbagai sektor bisnis hingga menguasai perekonomian suatu negara, semacam Amerika Serikat. Walaupun mereka telah tersebar di berbagai negara dan telah beranak pinak namun jiwa fanatisme etnis dan rasisme leluhur mereka senantiasa dijaga. Hal inilah yang mendorong mereka untuk menjalin komunikasi dan kerjasama  untuk mewujudkan cita-cita mereka yaitu mendirikan negara yang sekarang bernama Israel di tanah Palestina.

Dalam konteks pembicaraan ini bahwa ikatan kekeluargaan etnis yahudi yang kuaat dan tidak mengenal batas ruang dan waktu atau generasi mampu mewujudkan cita-cita yang berat sampai mendirikan sebuah negara. Sekalipun dengan pengorbanan yang besar. 

Disini penulis bukan bermaksud memuji orang-orang yahudi, sama sekali tidak. Karena tetap apapun yang mereka klaim bahwa Palestina adalah sebagai tanah warisan leluhur mereka adalah keliru. Bagaimanapun mereka adalah penjajah, namun konteks pembicaraan ini adalah bahwa dengan menajemen silaturahim ternyata mampu menjadi solusi untuk mewujudkan cita-cita yang sulit sekalipun.

Demikian menurut  penulis beberapa hal kajian empiris yang dapat penulis sampaikan dalam membuktikan sabda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam bahwa silaturahim dapat memperluas rizki. Wallaahu a’lam bish showaab.

Artikel ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu  tugas Mata Kuliah Lingkungan Ekonomi Bisnis yang diampu oleh Dr. Supawi Pawenang, SE.MM. disusun oleh Muhamad Nuryadi,   Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister  Jurusan Ilmu Manajemen Universitas Islam Batik  ( UNIBA) Surakarta.